Program cofiring atau substitusi batubara dengan biomassa pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dinilai potensial di Indonesia dan berdampak positif pada perekonomian masyarakat.
Kepala Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC) IPB University, Meika Syahbana Rusli, menyatakan bahwa program co-firing biomassa pada PLTU dapat mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
Pemanfaatan biomassa sebagai pengganti batubara ini cocok diterapkan di Indonesia yang memiliki potensi lahan kering cukup besar.”Lahan kering cocok untuk tanaman energi. Banyak lahan kering yang tidak produktif, hanya ditumbuhi alang-alang atau pepohonan yang tidak dimanfaatkan.
Di Pulau Jawa, ada 1 juta hektar lahan kering yang potensial untuk tanaman energi,” jelas Meika dalam keterangannya seperti dikutip, Minggu (19/5).Meika menambahkan bahwa saat ini pemanfaatan biomassa masih terbatas pada limbah seperti dahan kering atau serbuk gergaji. Program hutan energi dapat menjadi solusi untuk meningkatkan pemanfaatan biomassa dalam mengejar target pengurangan emisi melalui program co-firing PLTU.
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah menginisiasi program hutan tanaman energi di beberapa wilayah seperti Cilacap, Tasikmalaya, dan Gunung Kidul. Meika menekankan pentingnya memperbanyak program ini dengan melibatkan pemerintah, swasta, dan masyarakat setempat.