PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) mengembangkan bisnis pengolahan sampah berbasis waste-to-energy di Indonesia, menghadirkan solusi energi bersih yang berkelanjutan sekaligus mendukung ketahanan energi dan kelestarian lingkungan nasional.
“Arus investasi clean energy secara global juga semakin seimbang dengan energi fosil, sehingga ini turut membawa iklim pendanaan yang lebih kondusif bagi proyek di Indonesia,” kata Direktur Utama & CEO OASA Bobby Gafur Umar dalam keterangan di Jakarta, Sabtu.
Dia menyampaikan, pihaknya telah menggelar RUPST dan RUPSLB di Jakarta pada Jumat (15/8). Direksi secara jelas mempertegas posisi perseroan sebagai pemain utama industri waste-to-energy (WTE) di Indonesia saat ini.
Hal ini, kata Bobby, dinyatakan dalam laporan kepada pemegang saham sehubungan dengan keberhasilan pemenangan proyek pengolahan sampah di Tangerang Selatan dan proyek ITF di Jakarta Barat yang secara total akan mampu mengolah sedikitnya 3.100 ton sampah setiap harinya.
Melalui unit usaha PT Indoplas Energi Hijau (IEH), OASA berencana membangun fasilitas pengolahan sampah menjadi energi listrik (PLTSa/PSEL) di Cipeucang, Kota Tangerang Selatan bekerja sama dengan mitra penyedia teknologi dari China, yaitu China Tianying Inc. (CNTY).
Bobby menuturkan, industri pengolahan sampah menjadi energi (WTE/waste-to-energy) sejak awal memang menjadi fokus bisnis perusahaan yang ia pimpin.
“Kami optimistis industri ini akan tumbuh pesat. Sektor EBT (energi baru dan terbarukan) Indonesia diproyeksikan terus menguat dalam 4–5 tahun ke depan, seiring rencana pemerintah yang memprioritaskan penambahan kapasitas pembangkit listrik ramah lingkungan,” katanya.
Dia menyebut, dalam draf RUPTL 2025–2034, target penambahan kapasitas pembangkit listrik tercatat naik menjadi 69.5 GW dengan komposisi pembangkit EBT mencapai 42,6 GW dan storage sebesar 10,3 GW.
Target tersebut menunjukkan tekad pemerintah untuk mewujudkan percepatan transformasi bauran energi dimana 76 persen kapasitas akan berasal dari EBT.
Bobby menjelaskan, perseroan saat ini tengah mengincar peluang bisnis pengolahan sampah di wilayah lain di dalam negeri. Hal ini dilakukan, salah satunya untuk ikut membantu pemerintah daerah (Pemda) membenahi sistem persampahan.
“Sudah saatnya sistem pengolahan sampah di kota-kota metropolitan di Indonesia dibenahi dan mengadopsi cara-cara modern dengan teknologi ramah lingkungan,” ujar Bobby.
Lebih jauh, ia juga mengatakan pihaknya kini tengah menunggu terbitnya revisi Perpres yang akan memacu percepatan dan perluasan industri PLTSa/PSEL di Indonesia.
Diketahui, pemerintah pusat saat ini tengah menyelesaikan revisi aturan terkait industri tersebut, yang dilakukan demi menyederhanakan proses perizinan, pengelolaan, dan pembayaran.
Direncanakan, secara nasional penyediaan fasilitas PLTSa/PSEL akan diperluas hingga ke 33 kota diseluruh Indonesia.
Dalam RUPSLB tersebut, diungkapkan juga catatan keuangan OASA dimana sepanjang tahun 2024 perusahaan berhasil membukukan pendapatan bersih senilai Rp66,78 miliar, atau meningkat sebesar Rp22,62 miliar (51,24 persen) dari tahun sebelumnya.
“Tahun-tahun ini kami fokus pada tahap investasi. Kami tengah menyiapkan sejumlah proyek yang akan segera berkontribusi signifikan bagi pendapatan Perseroan,” kata Bobby.
Saat ini, pendapatan perusahaan didapat dari kontribusi sejumlah lini bisnis OASA, antara lain jasa konstruksi, jasa konsultasi pengelolaan limbah, dan penjualan barang yang masing-masing memberikan kontribusi sebesar 71,08 persen, 16,47 persen, dan 12,45 persen.
Melalui rapat, manajemen OASA juga melaporkan perubahan susunan direksi perusahaan. Disampaikan, posisi Direktur Keuangan perusahaan mengalami pergantian pejabat, dari sebelumnya Cendy Hadiputranto menjadi Soraya Inderasari. Perubahan tersebut kemudian disetujui oleh pemegang saham.
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025